Kerajaanini merupakan kerajaan yang paling lama berkuasa di Nusantara yang diperintah oleh puluhan sulthan. Setelah kerajaan Aceh Darussalam berakhir pada tahun 1939 M, tidak ada kerajaan Islam yang pernah muncul di wilayah Asia Tenggara ini.[2] Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama kabupaten Aceh Besar. Selamamasa Hindu-Buddha di samping kian terbukanya jalur niaga Selat Malaka dengan perdagangan dunia internasional, jaringan perdagangan dan budaya antarbangsa dan penduduk di Kepulauan Indonesia juga berkembang pesat terutama karena terhubung oleh jaringan Laut Jawa hingga Kepulauan Maluku. Mereka secara tidak langsung juga terintegrasikan Penjelasansingkat dan padat Kerajaan Malaka Vay Tiền Nhanh. Penulis Muhammad Lazuardi KrisantyaEditor Muhammad Fachrul RabulHang Tuah, Laksamana kerajaan Melaka yang melegenda di Tanah abad ke-15 dan abad ke-16, Kesultanan Malaka atau Melaka di Semenanjung Melayu merupakan salah satu negara paling berpengaruh di Asia Tenggara. Hal ini tak lepas dari status yang berhasil disandang oleh ibukotanya, Bandar Malaka, yang oleh orang Eropa dijuluki sebagai “Venesia dari Timur”. Bandar Malaka adalah pusat perdagangan utama di Nusantara dan salah satu yang terpenting di seluruh Asia sepanjang eksistensinya sebagai ibukota Kesultanan Malaka. Mengapa dan bagaimanakah sejarahnya?Malaka didirikan oleh Parameswara, seorang bangsawan Melayu yang telah melanglangbuana sebagai penguasa di Palembang dan Singapura. Pada awalnya, Malaka hanyalah sebuah kampung nelayan kecil milik suku Orang Laut yang terletak di pesisir selatan Semenanjung Melayu. Antara tahun 1398 dan 1402, Parameswara tiba di tempat ini setelah ia terusir dari kerajaannya di Pulau Temasek atau Singapura yang runtuh akibat serangan-serangan militer dari Majapahit dan Ayutthaya, kekuatan-kekuatan regional utama di Asia Tenggara saat Dinasti Malaka, Sejarah Melayu atau Sulalatus Salatin menyatakan bahwa Parameswara tiba di Malaka setelah beberapa kali berpindah tempat dalam pelariannya dari Singapura. Ia akhirnya memutuskan untuk menetap di sana, setelah melihat suatu interaksi antara anjing-anjing pemburu milik pengawalnya dan seekor kancil liar yang melewati mereka. Si kancil dapat memperdaya dan menceburkan anjing-anjing itu ke sungai, “mengalahkan” mereka. Peristiwa ini mengilhaminya untuk tinggal dan mengembangkan permukiman di tempat itu. Permukiman ini dinamakannya Malaka, merujuk kepada nama pohon yang menaungi dirinya saat ia menyaksikan peristiwa tadi. Permukiman ini kemudian disatukan dengan kampung nelayan Orang Laut di daerah itu, di mana penduduknya bersedia mengabdi kepada Malaka diperkirakan terjadi pada tahun 1402. Berbekal status dan pengalaman sebelumnya sebagai seorang bangsawan Melayu dan raja Singapura, Parameswara mengangkat dirinya sebagai Raja Malaka. Sebuah kerajaan baru pun telah lahir. Parameswara berkeinginan agar kerajaannya ini mampu meraih kesuksesan dan kekayaan yang sama dengan Kerajaan Singapura yang dahulu dipimpin olehnya. Pertama-tama, ia harus mengamankan diri dari ambisi imperium-imperium besar yang mengelilinginya, Majapahit dan Ayutthaya. Beruntunglah ia karena pada tahun 1405, Kekaisaran Ming Cina – negara terkuat di Asia dan salah satu yang terkuat di dunia saat itu – tengah mengadakan ekspedisi Armada Harta Karun’-nya untuk menjamin keamanan jaringan perdagangan internasional di Samudera Hindia dan Pasifik Barat. Armada ini dipimpin oleh laksamana laut Cina Muslim yang terkenal itu, Cheng adalah salah satu tempat yang dikunjungi oleh armada Cheng Ho dalam ekspedisi pertamanya pada tahun 1405. Sebelumnya, Cina sudah pernah mengirim misi perutusan pimpinan Yin Ching ke Malaka pada tahun 1403. Yin Ching melaporkan bahwa saat itu Malaka masih merupakan sebuah negara kecil yang tidak penting. Ia juga menyatakan bahwa Kerajaan Malaka adalah negara bawahan dari Kerajaan Siam atau Ayutthaya, di mana ia diwajibkan mengirim upeti tahunan berupa 40 tahil emas. Ini menunjukkan bahwa pada masa awal berdirinya, Malaka belum mempunyai kekuatan dan pengaruh yang cukup untuk melawan salah satu imperium tetangganya, sehingga terpaksa menjadi armada Cheng Ho dimanfaatkan dengan baik oleh Parameswara, di mana ia segera menawarkan Malaka untuk menjadi “negara naungan” dari Kekaisaran Ming. Hal ini dilakukannya agar apabila salah satu kerajaan tetangganya datang menyerang, mereka harus berpikir dua kali karena Malaka telah mendapat perlindungan dari Cina. Selain itu, hubungan dengan Cina juga mampu meningkatkan wibawanya, karena Kekaisaran Cina merupakan sebuah negara besar yang oleh penduduk Asia Timur dan Asia Tenggara saat itu dipandang sebagai “pusat dunia”. Setelah resmi mendapatkan status sebagai negara naungan, Parameswara – dengan menumpang armada Cheng Ho pada tahun 1411 – mengadakan kunjungan ke Nanjing ibukota Kekaisaran Ming saat itu untuk menghadap Kaisar Cina, Yongle. Parameswara didampingi oleh keluarga dan pengikutnya yang berjumlah 540 orang, dan diterima dengan baik oleh Kaisar secara resmi Malaka berstatus sebagai negara naungan Cina, namun dalam prakteknya ia adalah negara yang berdaulat. Kekaisaran Ming tidak menempatkan suatu garnisun militer di Malaka dan negara naungan lainnya, melainkan hanya mendirikan guan-chang atau gudang penyimpanan barang-barang dagang. Gudang-gudang ini dikelola oleh sejumlah pejabat Cina yang dilantik oleh Laksamana Cheng Ho sebagai perwakilan resmi Kekaisaran rupanya masih berpihak kepada Parameswara. Pada tahun 1404, Kerajaan Majapahit di Jawa, yang kala itu membawahi banyak negara di Nusantara, terjebak di tengah perang saudara yang destruktif. Perang ini, yang dinamakan Paregreg, berlangsung selama kurang lebih dua tahun 1404-1406 dan menghancurkan kekuatan angkatan laut Majapahit yang pada abad ke-14 telah dapat “mengamankan” sebagian besar Asia Tenggara Kepulauan dari dominasi Kekaisaran Yuan Mongol di utara dan menyatukan wilayah itu ke dalam satu mandala besar yang berpusat di Pulau Jawa. Perang Paregreg dimanfaatkan oleh sejumlah vasal Majapahit di luar Jawa untuk melepaskan diri. Mereka merasa bahwa tak ada gunanya lagi untuk bernaung di bawahnya. Serupa dengan Malaka, mereka menawarkan diri kepada Armada Harta Karun Cheng Ho yang tengah berkunjung untuk diakui sebagai naungan Kekaisaran Ming. Di antara negara-negara ini adalah Brunei di Kalimantan dan Aru di Sumatera, yang berkat intervensi Ming berhasil lepas dari Majapahit pada tahun Malaka di bawah Parameswara juga memanfaatkan melemahnya pengaruh Majapahit untuk melancarkan perluasan kekuasaan. Ia menaklukkan sebagian besar wilayah Johor Ujong Tanah, Batu Pahat, Muar, Pagoh, Segamat dan Selangor Kelang, Linggi. Ia juga berhasil merebut kembali Singapura. Majapahit tak mampu melakukan apa-apa untuk membalas hal ini, karena selain kekuatannya belum pulih akibat Perang Paregreg, ia juga mengetahui bahwa Malaka telah mendapat perlindungan dari muncul reaksi berbeda dari tetangga Malaka di utara. Kerajaan Ayutthaya justru menanggapi ekspansi Malaka dengan menyerangnya. Ia melihat Malaka sebagai vasal yang memberontak. Antara tahun 1409 dan 1456, Ayutthaya diketahui berkali-kali menyerang Malaka, baik dalam wujud ekspedisi militer ataupun serangan penjarahan. Ini menimbulkan amarah Kaisar Cina, yang pada tahun 1431 mengirimkan surat bernada ancaman kepada Raja Siam, Samphraya atau Borommarachathirat II untuk menghentikan permusuhannya dengan Malaka. Intervensi Cina berhasil meredakan permusuhan Ayutthaya-Malaka secara berangsur-angsur, yang kemudian berubah menjadi hubungan perdagangan yang baik. Perdamaian ini menunjukkan besarnya wibawa Kekaisaran Ming Cina sebagai negara terkuat dan paling berpengaruh di Asia pada abad perkembangan Malaka sebagai pusat perdagangan internasional dimulai sekitar tahun 1409-1414. Tome Pires dalam Suma Oriental mencatat bahwa kala itu Raja Malaka menghubungi Raja Jawa Majapahit dan mengutarakan keinginannya untuk mengembangkan pelabuhan Malaka. Parameswara menyatakan bahwa untuk mencapai hal itu, ia harus menarik orang-orang Jawa yang merupakan kaum dagang paling dominan di Nusantara pada abad ke-15. Saat itu, pedagang-pedagang Jawa lebih suka singgah di pelabuhan Pasai di Sumatera, yang merupakan pusat perdagangan utama di Selat Malaka sejak akhir abad ke-13. Raja Jawa, Wikramawardhana mengabulkan keinginannya. Namun, ia menyatakan bahwa Parameswara harus turut meminta izin kepada Raja Pasai. Sejak lama, pedagang Jawa telah mendapat perlakuan istimewa dari Kerajaan Samudera Pasai yang tidak memberlakukan pungutan pajak kepada mereka. Samudera Pasai sendiri kala itu tengah menikmati puncak kejayaannya, di bawah pimpinan Sri Ratu menuruti permintaan Wikramawardhana. Ia menghubungi Ratu Nahrasyah dan menyampaikan maksudnya. Sang Ratu bersedia mengabulkan keinginannya itu dengan satu syarat, yakni agar Parameswara mau memeluk Islam terlebih dahulu. Raja Malaka itu setuju, dan ia pun menjadi seorang Muslim. Ia menikahi seorang putri dari Pasai untuk mempererat hubungannya dengan kerajaan itu, kemudian mengganti nama gelarnya menjadi “Sultan Iskandar Syah”. Sebagian besar penduduk Malaka mengikuti jejak rajanya, di mana mereka berbondong-bondong memeluk Islam dengan sukarela. Fenomena ini nantinya menjadi tren di banyak kerajaan Nusantara ketika Islam semakin berkembang pesat dalam abad-abad diplomasi yang dilakukan oleh Parameswara ini berbuah keberuntungan ganda kepadanya. Selain berhasil menggaet para pedagang Jawa ke pelabuhan Malaka, status barunya sebagai seorang raja Muslim juga berhasil menarik pedagang-pedagang Muslim dari India, Persia, dan Arab. Ekspedisi Dinasti Ming yang masih terus berlangsung hingga tahun 1433 juga ikut memberikan sumbangan. Orang-orang Cina berdatangan dan mulai menetap di Malaka, khususnya orang Hui Muslim yang membentuk sebagian kru Armada Harta Karun Cheng Ho. Parameswara berhasil menggapai impiannya untuk menjadikan Malaka sebagai pusat perdagangan yang sukses seperti Singapura sebelumnya, bahkan kini jauh melampauinya. Malaka pun berangsur-angsur berkembang menjadi pusat perdagangan utama di Nusantara, dan salah satu titik terpenting dalam jaringan perdagangan internasional Samudera Malaka menjadi negara Islam dan perkembangannya sebagai pusat perdagangan internasional, tak dapat dilepaskan dari keberhasilan diplomasi Parameswara dalam berhubungan dengan kerajaan-kerajaan besar di sekitarnya, terutama Samudera Pasai, Majapahit, dan Ming. Raja-raja Malaka berikutnya melanjutkan kebijakan Parameswara. Raja terbesarnya, Sultan Mansur Syah 1456-1477, mempererat hubungan diplomatiknya dengan ketiga kerajaan besar itu, yang telah ikut berkontribusi dalam perkembangan Malaka menjadi pelabuhan dagang utama di Mansur Syah menikahi seorang putri Cina bernama Hang Li Po atau Hang Liu, yang oleh naskah-naskah Melayu disebutkan sebagai putri dari Kaisar Cina, meskipun lebih mungkin jika ia merupakan putri dari pejabat yang kedudukannya lebih rendah, barangkali syahbandar dari salah satu kota pelabuhan di Cina Selatan, atau kapten kapal yang mempunyai hubungan baik dengan Sultan tahun 1459, Sultan Mansur Syah melawat ke Istana Majapahit di Jawa Timur untuk melamar Raden Galuh Cendera Kirana, seorang putri dari Raja Majapahit saat itu, Girisawardhana atau Brawijaya III. Lawatan ini disambut dengan meriah oleh Majapahit, menunjukkan eratnya hubungan kedua negara itu. Raja Majapahit bersedia menikahkan putrinya dengan Sultan Mansur Syah. Sebagai hadiah atas pernikahan itu, Raja Majapahit bahkan bersedia menyerahkan kekuasaannya atas Keritang Indragiri, Jambi, dan Tungkal di Sumatera serta Siantan di Kepulauan Riau kepada tahun 1468, Malaka mengintervensi sebuah perebutan tahta di Samudera Pasai. Sultan Mansur Syah mendukung Sultan Zainal Abidin III yang tersingkir dari tahtanya, dan membantu merebutnya kembali dengan mengirimkan armada laut Malaka pimpinan Bendahara Tun Perak. Sempat terjadi ketegangan hubungan setelah penobatan Sultan Zainal Abidin III, di mana ia menolak tawaran Tun Perak yang menginginkan agar Samudera Pasai menjadi vasal Malaka. Namun, hubungan kedua negara segera membaik dan terus dipererat lagi, khususnya di bidang keagamaan dan kesusastraan. Dari Samudera Pasai-lah, Malaka mengadopsi huruf Jawi Arab Melayu yang kemudian menjadi standar penulisan resmi di Dunia Melayu seiring dengan semakin berkembangnya Islam di kawasan pemerintahan Sultan Mansur Syah seringkali dianggap sebagai puncak kejayaan Kesultanan Malaka. Di bawah kekuasaannya, Malaka melancarkan perluasan wilayah ke Sumatera dan Malaya, baik melalui cara damai maupun peperangan. Ia menaklukkan negeri-negeri di Sumatera seperti Rokan, Siak, dan Kampar dengan ekspedisi militer. Raja-rajanya diislamkan dan “dilebur” ke dalam Dinasti Malaka melalui ikatan perkawinan. Ekspansi ke Malaya juga dilakukan dengan cara serupa, di mana Malaka berhasil menaklukkan Pahang dan Terengganu. Sementara Indragiri, Jambi, dan Tungkal – seperti telah disinggung sebelumnya – berhasil didapatkan dengan cara damai melalui hubungan pernikahan dengan masa kekuasaan Sultan Mansur Syah pula, hidup Hang Tuah, seorang tokoh dalam sejarah Melayu yang sangat dihormati oleh banyak orang Malaysia dan Indonesia modern. Ia menjabat sebagai laksamana dan utusan resmi Kesultanan Malaka yang telah melanglangbuana ke banyak negara asing. Ia merupakan salah seorang pengiring Sultan Mansur Syah dalam lawatannya ke menahkodai kapal ghali kebesaran Malaka, Mendam Berahi, Hang Tuah telah melakukan lawatan diplomatik ke berbagai negara, dari Kerajaan Ryukyu di Jepang, Majapahit, Ayutthaya, hingga Kemaharajaan Wijayanagara di India. Hikayat Hang Tuah bahkan menyatakan bahwa ia pernah pula berkunjung ke Mesir Kesultanan Mamluk dan Rum Kesultanan Turki Utsmani, pusat-pusat peradaban Islam di Timur Tengah, di mana ia menyempatkan diri untuk singgah di Mekkah dan Madinah, kota-kota paling suci bagi umat kemampuannya sebagai diplomat ulung inilah, Hang Tuah berhasil mempererat dan memperluas hubungan diplomatik Malaka dengan banyak kerajaan berpengaruh di sepanjang jalur perdagangan Samudera Hindia dan Pasifik Barat. Dampaknya, Bandar Malaka menjadi semakin ramai. Bertambah banyaklah bangsa asing yang berdagang di kota itu. Orang Tagalog dari Kerajaan Tondo di Pulau Luzon hingga orang Somali dari Kesultanan Ajuran di Tanduk Afrika, semuanya memiliki pos dagang dan permukiman khusus yang ditata dengan sedemikian rupa dan dijamin keamanannya oleh pemerintah Kesultanan tahun 1500, populasi total Bandar Malaka diperkirakan telah mencapai orang. Setiap hari, kota pelabuhan ini dikunjungi oleh 2000 kapal yang datang dari berbagai arah. Mereka memperdagangkan beragam produk, terutama rempah-rempah, teh, serta barang-barang keramik dan tekstil. Ketika orang Portugis tiba untuk pertama kalinya di Malaka pada tahun 1509, mereka menyaksikan sebuah kota yang besar dan megah dengan masyarakat kosmopolitan yang saling berinteraksi dalam 80 bahasa. Wajar apabila Portugis kemudian mengincar Malaka sebagai sebuah titik penting yang harus dikuasai untuk memperluas dominasi mereka dalam jaringan perdagangan Samudera bagaimana Malaka bisa menjadi pusat perdagangan utama di Nusantara? Kemampuan diplomasi yang mumpuni dan sedikit keberuntungan, itulah Ahmad, A. Samad 1979. Sulalatus Salatin Sejarah Melayu. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Cortesao, Armando. 2016. Suma Oriental Karya Tome Pires Perjalanan dari Laut Merah ke Cina & Buku Francisco Rodrigues. Yogyakarta Ombak. Groeneveldt, 2018. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok Komunitas Bambu. Osman, Zulkifli, dkk. 2015. Bahasa Melayu dalam Konteks Budaya. Tanjong Malim Penerbit UPSI. Salleh, Muhammad Haji. 2013. Hikayat Hang Tuah. Jakarta Ufuk Publishing House. Tan Ta Sen. 2010. Cheng Ho Penyebar Islam dari China ke Nusantara. Jakarta Kompas. Kesultanan Malaka didirikan melalui dua kali kekalahan dalam perang yang dialami oleh pendirinya Parameswara, ia merupakan pangeran dari kerajaan Hindu, Sriwijaya yang menikah dengan seorang putri dari Majapahit dan kemudian harus turut serta dalam perang saudara yang terjadi di kerajaan Majapahit setelah pemimpinnya, Hayam Wuruk meninggal dunia. Parameswara yang kalah dalam perang,akhirnya melarikan diri ke daerah yang kita kenal sekarang sebagai Singapura dan mendirikan sebuah Kerajaan bernama Tumasik. Namun tak lama setelah berdiri,kerajaan ini diserang dan berhasil dikuasai oleh armada laut Majapahit. Untuk yang kedua kalinya Parameswara kalah dalam peperangan yang ia alami. Melihat kerajaanya hancur begitu saja, akhirnya Parameswara memutuskan melarikan diri dan mencari daerah sebagai harapan baru untuk kedua kalinya. Setelah mencari-cari akhirnya Parameswara memutuskan untuk mendirikan sebuah kerajaan di daerah Semenanjung Malaya, kerajaan ini kemudian dikenal sebagai Kerajaan Malaka. Dengan semangat baru Parameswara kemudian berupaya untuk mengembangkan kerajaanya dengan membangun sebuah pelabuhan sebagai pusat perdagangan mengingat lokasi Kerajaan Malaka berada di lokasi yang strategis. Dari pelabuhan inilah harapan untuk Malaka yang jaya muncul. Pedagang dari bangsa – bangsa hebat pada masa itu seperti Gujarat, Arab, Tiongkok dan sebagainya bermunculan di pelabuhan Malaka. Pembangunan pelabuhan inilah kemudian yang menjadi faktor utama kejayaan kerajaan Malaka. Bermunculan pedagang – pedagang dari Arab dan Gujarat yang notabene sebagian besar beragama Islam menyebabkan perekonomian Kesultanan semakin baik dan agama Islam juga semakin kental di wilayah Kesultanan Malaka. Kuatnya pengaruh Islam di wilayah kesultanan juga menyebabkan Parameswara memeluk Islam,mengganti namanya menjadi Iskandar Syah dan kemudian menjadikan Malaka sebagai kesultanan kedua yang ada di Nusantara setelah Samudra Pasai. Belajar dari kesalahan lamanya, Iskandar Syah kemudian berupaya untuk melindungi kerajaan barunya dengan cara meminta perlindungan dari bangsa besar lainya. Salah satu langkah yang ia ambil adalah, membina relasi dengan Tiongkok tatkala seorang laksamana bernama Yin Ching mengunjungi Malaka tahun 1402. Salah seorang sultan di Malaka juga menikahi putri dari Tiongkok bernama Hang Li Po. Hubungan antara Tiongkok dan Malaka kemudian semakin erat dan menyebabkan Malaka mendapat perlindungan dari Tiongkok untuk menangkal serangan dari bangsa lain. Dalam eksistensinya yang hanya mencakup satu abad, Kesultanan Malaka mengalami pergantian pemimpin hingga empat kali setelah wafatnya sang pendiri, Iskandar Syah. Tak lama setelah Iskandar Syah wafat, kepemimpinan Kesultanan Malaka dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Muhammad Iskandar Syah atau lebih dikenal sebagai Megat Iskandar masa pemerintahanya yang hanya sepuluh tahun ia berhasil memajukan Kesultanan Malaka di bidang pelayaran dan berhasil menguasai jalur perdagangan di kawasan Selat Malaka dengan taktik perkawinan politik. Muhammad Iskandar Syah bahkan berhasil menguasai Samudra Pasai dengan menikahi seorang putri Samudra Pasai,kerajaan Islam pertama di Nusantara itu pun akhirnya tunduk pada Malaka. Setelah pemerintahan selama sepulutuh tahun atas Kesultanan Malaka,kekuasaan Megat Iskandar Syah kemudian diambil alih oleh Sultan Mudzafat Syah melalui sebuah pertikaian politik. Pada masa pemerintahannya dari 1424 – 1458,Sultan Mudzafat Syah juga berhasil memperluas kekuasaan Kesultanan hingga ke Pahang, Indragiri, dan Kampar. Wafatnya Mudzafat Syah, pemerintahan kemudian diambil alih oleh putranya Sultan Mansyur Syah Sultan yang berkuasa dari 1458 - kondisi Kesultanan Malaka yang sedang berjaya, Mudzafat Syah kemudian menaklukan Siam dengan alasan untuk menakhiri ancaman Siam dan memperluas wilayah Kesultanan Malaka. Setelah Sultan Mansyur Syah meninggal dunia, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Alauddin Syah. Pada masa pemerintahannya dari 1477 - 1488, Malaka mulai mengalami kemunduran. Walaupun kondisi perekonomian masih cukup baik mengingat pelabuhan masih ramai dikunjungi pedagang dari berbagai bangsa,namun banyak daerah taklukan yang melepaskan diri. Perang dan pemberontakan berkecamuk di banyak kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Malaka. Pada 1488, Alaudinn Syah wafat kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Sultan Mahmud Syah yang merupakan raja terakhir Kesultanan Malaka. Secara politik, kekuasaan Kesultanan Malaka hanya tinggal mencakup wilayah utama Semenanjung Malaka. Daerah-daerah lain telah memisahkan diri dan menjadi kerajaan-kerajaan yang berdiri sendiri. Dalam kondisi yang semakin lemah, tahun 1511 armada perang bangsa Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque akhirnya berhasil menguasai dan mengakhiri eksistensi Kesultanan Malaka. Semenjak Kesultanan berkuasa, jalur perdagangan internasional yang melalui Selat Malaka semakin yang dimiliki Kesultanan berhasil menjadi sebuah entrepot yang penting bagi berbagai bangsa dari seluruh dengan hal ini,kekuataan – kekuataan lama seperti Majapahit dan Samudra Pasai sedang dalam kondisi yang semakin lemah dan mengakibatkan tidak adanya persaingan yang berarti bagi Malaka. PROMOTED CONTENT Video Pilihan Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Nazimuddin al-Kamil, seorang laksamana dari Mesir. Nazimuddin kemudian mengangkat Marah Silu sebagai pemimpin pertama Samudera Pasai dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh. Di masa pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai berhasil menguasai Selat Malaka yang pada saat itu menjadi pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utamanya. Selain lada, Kerajaan Samudera Pasai juga mengekspor sutra dan kapur barus. Setelah Sultan Malik Al-Saleh wafat, kepemimpinan Kerajaan Samudera Pasai dilanjutkan oleh anaknya, yaitu Sultan Muhammad Malik Az-Zahir. Sang raja baru ini untuk pertama kalinya memperkenalkan koin emas atau dirham sebagai mata uang. Pada tahun 1326, tahta kerajaan diteruskan oleh Sultan Mahmud Malik Az-Zahir. Di masa pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai terkenal sebagai kerajaan dagang yang maju. Di tempat ini, banyak dijumpai pedagang dari India dan Cina yang membeli rempah-rempah, terutama lada. Dengan demikian, kerajaan samudra pasai disebut sebagai kerajaan marintim karena letaknya yang strategis dan masyarakatnya menjalankan kegiatan yang perekonomian yang berkaitan dengan laut seperti perdagangan dan pelayaran. inasnas956windi inasnas956windi Jawaban karna dekat dengan samudra pasai semoga membantu ya linaamalia010406 linaamalia010406 Jawaban Karena Kerajaan Samudera Pasai dekat dengan jalur perdagangan laut sehingga membuat Kerajaan ini dijuluki pusat perdagangan internasional, sedangkan Kerajaan Malaka walaupun dekat dengan jalur perdagangan laut tapi kurang berkembang sebagai pusat perdagangan internasional. semoga bermanfaat dan jangan lupa follow akun ini terimakasih tiaraevelin tiaraevelin October 2018 1 2K Written report Mengapa kerajaan malaka tidak dijuluki sebagai pusat perdagangan internasional seperti kerajaan samudra pasai nuruulfajriyanti Karena Kerajaan Samudera Pasai dekat dengan jalur perdagangan laut sehingga membuat Kerajaan ini dijuluki pusat perdagangan internasional, sedangkan Kerajaan Malaka walaupun dekat dengan jalur perdagangan laut tapi kurang berkembang sebagai pusat perdagangan internasional. 82 votes Thanks 185 More than Questions From This User Come across All tiaraevelin Oct 2018 0 Replies ane analisis tentang hubungan sebab akibat antara persatuan dan kemajuan bangsa ! 2. apa akibat dari persatuan dan kesatuan bangsa ? 3. apa akibat nya jika tidak terjalin persatuan dan kesatuan ? Reply tiaraevelin Oct 2018 0 Replies Sebutkan interaksi manusia yang tinggal di kawasan pantai Answer tiaraevelin October 2018 0 Replies Mikroorganisme yang sering dijadikan sebagai indikator pencemaran air ? a. amoeba proteus b. bacillus anthracis c. clostridium tetania d. escherichia coli Answer tiaraevelin October 2018 0 Replies Buatlah procedure text tentang ” how to use ” dengan menggunakan Answer tiaraevelin Oct 2018 0 Replies Bilangan Oksidasi masing-masing atom dalam senyawa/ion berikut adalah 😕 a. K2Cr2O7 b. HCO3 c. [FeCl2NH3four] d. Na[CoCl4H2o2] . Answer tiaraevelin Oct 2018 0 Replies Mengapa kalangan orang inggris menyaa sultan nuku dengan julukan the lord fortune ? Answer tiaraevelin October 2018 0 Replies Buatlah paragraf argumentasi tentang lingkungan Respond tiaraevelin October 2018 0 Replies Sebanyak 12 gram magnesium dibakar diudara membentuk 20 gram magnesium oksida MgO. Tentukan massa besar oksigen yang diperlukan dalam pembakaran tersebut ? Respond tiaraevelin September 2018 0 Replies 1. sebuah pegas panjangnya 50 cm ditarik dengan gaya 10 Northward sehingga panjangnya bertambah menjadi 55 cm. pegas dipotong menjadi dua bagian sama panjang. hitung gaya yang diperlukan untuk menarik masing-masing pegas sehingga panjangnya menjadi 30 cm two. seorang pengendara truk bermuatan tiba-tiba menginjak pedal rem truknya saat ia melihat sapi tiba-tiba menyebrang jalan didepannya. laju kendaraan tersebut ternyata berubah dari 85 km/jam menjadi 65 km/jam. jika diketahui massa truk beserta muatannya adalah ii,4 ton, berapa gaya pengereman yang harus dilakukan agar perubahan kelajuan tersebut terjadi dalam selang waktu 10 2nd? Answer tiaraevelin September 2018 0 Replies Siapakah nama gubernur mesir pada masa abu bakar syidiq ? Reply Recommend Questions AlmaSabrina22720061 May 2021 0 Replies pada zaman dahulu pertunjukan tari colek banyak dilakukan di… Kampung liburan cerita dalam lenong betawi umumnya mengandung pesan…. mrifyal23 May 2021 0 Replies Dewan konstituante yang dibentuk berdasarkan hasil pemilu yang pertama tahun 1955 mempunyai tugas mimimi890 May 2021 0 Replies jelaskan selat yg menghubungkan sumatera dan jawa jihanhanifa59 May 2021 0 Replies politik etis sering mendapat ejekan sebagai politik sarung tangan sutra. mengapa demikian?jelaskan! Muhammadmansyur May 2021 0 Replies daerah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan majapahit meliputi sumatra jawa Kalimantan Sulawesi nusa tenggara maluku dan papua . pernyataan tersebut di paparkan oleh nadia175356 May 2021 0 Replies penjelasan bagaimana aqidah tanpa filsafat dan filsafat tanpa aqidah said1622 May 2021 0 Replies jelaskan bagaimana sikap masyarakat republic of indonesia terhadap agama dan bagaimana langkah langkah membumikan islam di kampus FikriArdjun3009 May 2021 0 Replies Bentuk bentuk perubahan sosial dan budaya dalam konsep perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah fraansiskaa3667 May 2021 0 Replies Nerikut ini yang bukan dampak negative dari penerapan revolusi hijau di indonesia adalah RazanMI May 2021 0 Replies kenampakan bayangan yang lebih kecil dari ukuran benda sebenarnya

mengapa kerajaan malaka tidak dijuluki sebagai pusat perdagangan internasional